HIDUP INI SINGKAT KAWAN !!! BERBUAT BAIKLAH UNTUK SESAMA, AGAR HATI MENJADI DAMAI !!! OPTIMALKAN POTENSI DIRI, AGAR HIDUP INI TIDAK SIA - SIA

Kategori Berita

Showing posts with label Tuntunan. Show all posts

Thursday, April 17, 2025

thumbnail

Melukat sederhana ring Hyang Guru

TATA CARA PENGLUKATAN SEDERHANA DI SANGGAH HYANG BETARA GURU

Oleh : JRO WISMAYA (USADA BALI)

1.      SARANA

a.       Peras Pejati

b.      Canang sebit sari

c.       Klungah Gading (secukupnya)

d.      Daun ilalang 11 katih (ut nyiratin)

2.      TATA CARA PELAKSANAAN

a.       Ngaturang canang sari mohon ijin ke penuggun karang

Ratu jro nyoman penunggun karang, melantaran asebit sari, burat wangi rahinane mangkin, tityang jagi nglungsur penglukatan majeng ring ida betara hyang guru”

b.      Nglantur ring ajeng hyang guru, unggahan pejati, klungah gading secukupnya.

“ Inggih nawegang tityang ratu penembahan tityang, ida betara hyang guru kairing antuk pekak, dadong lan leluhur titiang sami, rainan mangkin melantaran antuk peras pejati, titiang sareng sekeluarga panjak ida jagi pacang nglungsur penglukatan, mangda bersih, mangda galang apadang, mangda rahayu ring sejeroning manah,mangda lebur sahananing dasa mala, ledang ida mapaica penglukatan

c.       Ambil klungah, lukat mrajan, pekarangan, sampai lebuh

d.      Kemudiann sekeluarga di luar area mrajan melakukan penglukatan(lakukan ol org tua atau org diluar klrg)

                                                              i.      Percikkan di kepala 11 kali (om,sa,ba,ta,a,I,na,ma,si,wa,ya)

                                                            ii.      Mesugi/meraut 5 kali (kebawah)

                                                          iii.      Kumur 3 kali

                                                          iv.      Minum 3 kali

e.       Selesai melukat menghadap ke ajeng hyang guru, mebakti, bersyukur dan berdoa mohon perlindungan beliau tur mohon maaf, ngaturan suksma.

Friday, April 11, 2025

thumbnail

Tata Cara OTONAN

TATA CARA PELAKSANAAN OTONAN

Saat melakukan prosesi otonan beberapa masyarakat biasanya menggunakan banten tumpeng tiga dan tumpeng lima. Apabila menggunakan banten tumpeng lima, secara umum terdiri dari :

1.       Banten Pengambeyan, mengandung makna simbolis memohon karunia dari Ida Sang Hyang Widhi dan para leluhur.



2.       Banten Dapetan, mengandung makna simbolis ungkapan terima kasih dan rasa syukur kepada Ida Sang Hyand Widhi karena sudah diberikan kesempatan untuk meniti kehidupan dan selalu dalam perlindungan-Nya.



3.       Banten Peras, mengandung makna simbolis memohon keberhasilan dan kesuksesan dari suatu yadnya.



4.       Banten Pejati, mengandung makna simbolis rasa kesungguhan hati kehadapan Ida Sang Hyang Widhi dan manifestasinya akan melaksanakan suatu upacara, memohon dipersaksikan, dengan tujuan mendapatkan keselamatan.



5.       Banten Sasayut, mengandung makna simbolis memohon keselamatan dan kesejahteraan, dan berkurang serta lenyapnya suatu penyakit.



6.       Banten Segehan, mengandung makna simbolis harmonisnya hubungan antara manusia dengan semua ciptaan Ida Sang Hyang Widhi (palemahan)



7.       Selain itu, juga ada sarana-sarana lainnya seperti bija, dupa, toya anyar, tirta panglukatan, dan Tirta Hyang Guru.

TATA CARA

1.       Sebelum memasuki prosesi otonan, Sang Ibu dari anak yang diotonkan akan melaksanakan beberapa tahapan prosesi terlebih dahulu diantaranya

a.       Sang Ibu akan ngayab sarana banten kehadapan Sang Hyang Atma. Ini sebagai tanda bahwa hari itu merupakan hari lahirnya Sang Hyang Atma yang menjelma sebagai manusia di Bumi.

b.      Lalu, dilanjutkan dengan menghaturkan segehan di bawah bale atau tempat dimana anak meoton, untuk memohon kepada Sang Hyang Butha Kala agar prosesi otonan berlancar dan sang anak terhindar dari marabahaya.

c.       Setelah melakukan beberapa prosesi di atas, akan dilanjutkan ke prosesi selanjutnya yang tediri dari:

                                                                                       i.      Mesapuh-Sapuh
Mesapuh-sapuh ini dilakukan dengan mengusapkan kedua tangan Sang Anak menggunakan Buu. Dimulai dari tangan kanan ke tangan kiri. Sang Ibu juga akan mengucapkan sesontengan atau doa otonan bahasa Bali, yaitu:
”Ne cening jani mesapuh-sapuh, apang ilang dakin liman ceninge, apang kedas cening ngisiang urip”.
Maknanya agar segala kekotoran di tangan Sang Anak hilang, sehingga diharapkan bisa memegang kehidupan dengan tangan bersih.

                                                                                     ii.      mengusapkan Toya Anyar. Tujuan dari prosesi mesapuh-sapuh ini adalah menghilangkan mala atau leteh pada badan anak yang bersangkutan (anak yang meoton).

                                                                                    iii.      Matepung Tawar
Setelah Mesapuh-Sapuh, akan dilanjutkan ke prosesi matepung tawar atau masegau yang juga berisi sarana daun dapdap. Itu akan diusapkan pada kedua tangan anak yang sedang meoton.
Pada prosesi, Sang Ibu juga akan mengucapkan sesontengan, yaitu:
“Jani cening masegau, suba leh liman ceninge. Melah-melah ngembel rahayu” Maknanya tangan yang sudah bersih ini diharapkan dapat memegang segala kerahayuan (keselematan dan kesentosaan) dengan baik.

                                                                                   iv.      Memercikan tirta panglukatan dengan tujuan menyucikan dan menetralisir kembali Sang Hyang Atma. Harapannya agar jiwa yang bersangkutan senantiasa tetap suci, baik, dan selalu dalam keselamatan secara sekala-niskala.

                                                                                     v.      Matetebus
Setelah metepung tawar, akan dilanjutkan dengan prosesi matetebusan yang menggunakan benang berwarna putih. Dua helai benang putih akan diambil sang ibu. Satu diletakan di kepala atau telinga Sang Anak. Sementara, yang satunya lagi, dililitkan menjadi gelang di pergelangan tangan kanan Si Anak.
Di sini, Sang Ibu juga akan mengucapkan sesontengan: “Jani cening magelang benang, apang cening mauwat kawat matulang besi”
Maknanya: Dengan gelang tersebut, Sang Anak diharapkan memiliki tubuh yang sehat layaknya otot kawat dan tulang besi.

                                                                                   vi.      Pemercikan Tirta Hyang Guru sebagai permohonan agar Sang Anak memperoleh kesehatan, kesempatan lahir batin, dan mendapat perlindungan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasiNya.

                                                                                  vii.      Ngayab Sesayut
Selanjutnya adalah prosesi ngayab sesayut dengan memutar searah jarum jam oleh Sang Ibu. Itu sembari mengucapkan sesontengan:
“Ne cening ngilehang sampan, ngilehan perahu, batu mokocok, tunked bungbungan, teked dipasisi napetang perahu bencah”.
Hal ini dilakukan agar Sang Anak tetap pendiriannya serta memiliki kepribadian stabil di dalam menjalani kehidupan di dunia.

Dari prosesi-prosesi di atas, upacara otonan ini memiliki makna yang sangat mendalam. Mulai dari pembersihan badan kasar dari dasamala di prosesi masesapuh hingga penyucian jiwa di proses matepung tawar atau masegau.

Sehingga, Sang Hyang Atma yang bersih bisa kembali terhubung dengan badan yang juga sudah bersih. Ini disimbolkan melalui sarana benang tebus. Dan diakhiri dengan menstabilkan pikiran agar jiwa raga stabil dan bersih dalam menjalani kehidupan.

Monday, September 2, 2024

thumbnail

Makna Agama.



 Mohon baca DISCLAIMER dulu, sebelum melanjutkan untuk membaca!

Makna Ilmu Agama Dalam Kehidupan

Salah satu pegangan hidup yang sangat berharga, selain ilmu pengetahuan, adalah ilmu agama, yang membimbing manusia dari dalam hati nurani mereka sendiri. Ilmu agama bukan hanya memberikan panduan moral dan etika, tetapi juga mendalami dimensi spiritual yang mendalam. Ia mengarahkan individu untuk mengeksplorasi dan memahami diri mereka dengan lebih baik, serta memberikan arah dan makna dalam hidup mereka. Melalui ajaran agama, seseorang bisa mendapatkan pedoman yang membentuk karakter dan sikap, mendorong introspeksi, serta menjalin hubungan yang lebih harmonis dengan sesama dan dengan Tuhan. Sebagai tambahan terhadap pemahaman ilmiah, ilmu agama menawarkan perspektif yang menyentuh aspek batin dan emosi, menjadikannya sebagai kompas yang membantu menavigasi perjalanan hidup dengan kebijaksanaan dan kedamaian.

Agama dan Hati Nurani: Antara Takdir dan Pencarian Jawaban

Agama sering dianggap sebagai wilayah yang tidak dapat diperdebatkan karena ia berkaitan langsung dengan hati nurani individu. Sebagaimana kita tidak dapat memilih tempat dan orang tua kita dilahirkan, agama juga sering dipandang sebagai sesuatu yang merupakan hasil dari kehendak Pencipta. Dalam konteks ini, agama menjadi suatu ranah yang sangat pribadi dan mendalam, yang tidak hanya menyentuh aspek intelektual, tetapi juga batin dan kepercayaan individu.

Takdir dan Agama

Sebagian besar orang tidak memilih agama mereka; sering kali, agama adalah warisan budaya dan keluarga yang mengakar dalam kehidupan mereka. Ini adalah bagian dari takdir yang lebih besar, di mana setiap individu lahir ke dalam lingkungan tertentu dengan keyakinan tertentu. Seperti halnya kita tidak dapat memilih tempat kelahiran kita, agama juga sering kali datang kepada kita sebagai bagian dari kehidupan yang telah ditentukan.

Namun, meskipun agama sering kali dianggap sebagai aspek takdir, pencarian makna dan pemahaman tentang keyakinan kita tetap menjadi usaha pribadi yang penting. Manusia, dengan kecenderungan alami untuk mencari pengetahuan dan kebenaran, sering kali merasa terdorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendalam yang muncul dari dalam diri mereka.

Pencarian Jawaban yang Tak Terjawab

Selama hidup, manusia sering kali dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang tampaknya tidak dapat dijawab oleh siapapun, termasuk para guru, profesor, atau praktisi spiritual. Pertanyaan-pertanyaan ini bisa berkisar dari hakikat keberadaan, makna kehidupan, hingga pertanyaan tentang semesta yang lebih luas. Ketidakmampuan untuk mendapatkan jawaban yang memuaskan dari sumber-sumber konvensional sering kali mendorong individu untuk melakukan refleksi mendalam dan pencarian pribadi.

Dalam pencarian ini, logika, pengamatan, dan pengalaman pribadi sering kali menjadi alat yang digunakan untuk mencoba memahami jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Setiap individu menggunakan kapasitas rasional mereka, menggabungkan pengamatan pribadi dengan pengetahuan yang diperoleh dari berbagai sumber, untuk membentuk pandangan mereka sendiri tentang dunia dan eksistensi.

Penulisan dan Pemikiran Pribadi

Menggali pemikiran pribadi dan menuangkannya ke dalam tulisan adalah salah satu cara untuk mengekspresikan dan memahami keyakinan serta pengalaman seseorang. Melalui tulisan, individu dapat menyusun ide-ide dan refleksi mereka dengan cara yang sistematis dan dapat dianalisis secara ilmiah. Ini memungkinkan orang untuk menjelaskan pandangan mereka dengan lebih jelas, dan menawarkan kontribusi terhadap diskusi yang lebih luas tentang agama, keyakinan, dan eksistensi.

Penulisan ini juga memungkinkan orang untuk berkomunikasi dan berbagi pemikiran mereka dengan orang lain, membuka kemungkinan untuk diskusi dan refleksi yang lebih mendalam. Dalam proses ini, tulisan dapat menjadi jembatan antara pengalaman pribadi dan pemahaman kolektif, serta menyediakan platform bagi pertukaran ide yang bermanfaat.

Kesimpulan

Agama, sebagai aspek hati nurani dan takdir, adalah sesuatu yang sangat pribadi dan sering kali tidak bisa sepenuhnya diperdebatkan. Meskipun begitu, pencarian makna dan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang kehidupan dan keberadaan adalah usaha yang sah dan berharga. Melalui pemikiran pribadi, pengamatan, dan penulisan, individu dapat terus mengeksplorasi dan menyelidiki keyakinan mereka, serta berkontribusi pada pemahaman yang lebih luas tentang aspek-aspek eksistensi manusia. Dengan cara ini, meskipun beberapa pertanyaan mungkin tetap tanpa jawaban definitif, pencarian itu sendiri menjadi bagian penting dari perjalanan manusia dalam memahami dunia dan diri mereka sendiri.




Thursday, August 29, 2024

thumbnail

Doa Pengastawa



 PENGASTAWA / MANTRA PADA PELINGGIH SAAT MENGHATURKAN CANANG / MELAKUKAN PERSEMBAHYANGAN.

1.       DI MERAJAN

a.       Kemulan

DOA     : Om Ang – Ung – Mang paduka guru bhyo namah swaha

ARTI    : Ya Tuha, dalam wujud wijaksara Ang-Ung-Mang atau catur guru, hamba memuja-Mu.

b.       Taksu

DOA     : Om Dewa-Dewi Ya Namah Swaha

ARTI    : Ya Tuhan, dalam wujud Dewa-dewi, hamba bersujud dihadapan-Mu.

 

c.       Sri Sedana / gedong harta

DOA     : Om Sri Laksmi Dewi Namo Namah Swaha

ARTI    : Ya Tuhan, dalam wujud Dewi Sri Laksmi, hamba bersujud dihadapan-Mu.

 

d.       Tugu Capah

DOA     : Om Sang Hyang Durga Maya Yo namah

ARTI    : Ya Tuhan, dalam wujud Durga Maya sebagai saktinya Siwa, penguasa atau dari Bhuta Kala, hamba bersujud dihadapan-Mu.

e.       Pengelurah Telenging segara

DOA     : Ih, Ah Ing Panglurah Telegin Segara Ya Namah Swaha

ARTI    : Ya Tuhan, dalam wujud Anglurah Telengin Segara, Hamba memuja-Mu.

 

f.        Tugu Penyarikan

DOA     : Ih, Ah Ing Panglurah Agung Ya Namah Swaha

ARTI    : Ya Tuhan, dalam wujud Penglurah, Hamba memuja-Mu.

 

g.       Gedong Hyang

DOA     : Om Ung Prajapatya Swaha

            Om Mang Mataya Namah

Om Tang Prapita Ya Namah

Om Ing Paramataya Ya Namah

ARTI    : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Prajapati, Mataya, Prapita, Paramataya, Hamba Bersujud di hadapana-Mu.

 

h.       Pelinggih Menjangan Seluang

DOA     : Om Ah Sukla Dewi Maha Laksmi Sri Giri Pati Sukla Pawitrani Swaha

ARTI    : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Dewi Maha Laksmi Sri Giri Pati, Hamba menghaturkan semah sujud di hadapana-Mu.

 

i.         Gunung Agung (Gedong Agung)

DOA     : Om-Om Giripati Ya Namah Swaha

ARTI    : Ya Tuhan, dalam wujud Giripati, Hamba bersujud dihadapana-Mu.

j.         Meru Tumpang Tiga (Linggih Bhatara Kawitan/Ratu Pasek)

DOA     : Om Ang Agnijaya Ya Namah

Om Ang Agnijaya Jagatnata Ya Namah Swaha

Om Ung Mankjayas Ca, Sumerus C, Sagannas Ca, De Kuturan Bharadas Ca,

Om Paca Rsi Sapta Rsi Paduka Guru Yo Namah Swawha

ARTI    : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Bhatara Kawitan, sebagai pencipta seisi alam, hamba bersujud pada para leluhur hamba, empu gni Jaya, Empu Semeru, Empu Gana, Empu Kuturan, Empu Bharadah.

            Ya, Bhatara Panca Rsi, dan keturunan beliau yaitu Sapta Rsi, hamba bersujud bhakti pada-Mu.

            Semoga hamba selalu dalam perlindungan-Mu.

 

2.       TUGU PENUNGGUN KARANG

DOA     : Ih-Ah-Ing Bhupati Ya Namah Swaha

ARTI    : Ya Tuhan, dalam wujud Sang Hyang Bhupati, hamba bersujud kepada-Mu.

 

3.       PENGIJENG

DOA     : Om Sang Hyang Indra Blaka Ya Namah Swaha

ARTI    : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai penguasa alam, hamba memujamu.

 

4.       TUGU PENGADANG-ADANG

DOA     : Om Sang Maha Kala, Nandi Kala Ya Namah Swaha

ARTI    : Ya Tuhan, dalam wujud Sang Maha Kala, Nandi Kala, sebagai penjaga pintu masuk,

hamba memuja-Mu.

Tuesday, August 27, 2024

thumbnail

Yadnya Segehan

 


YADNYA SEGEHAN (HARI KAJENG KLIWON & HARI SUCI LAINNYA)

1.       DI DAPUR

a.       DI KOMPOR / TUNGGKU

SEGEHAN      : MERAH (BARAK)

MANTRA        : Ih, Sang Kala Agni Boktya Namah

ARTI                   : Ya Tuhan, Hamba menghaturkan persembahan kepada Kala Agni, semoga  Agni selalu memberikan penerangan dan energy dalam kehidupan.

 

b.       DI TEMPAT AIR / GEBEH

SEGEHAN      : HITAM (SELEM)

MANTRA        : Ih, Sang Bhuta Gora Boktya Namah

ARTI                   : Ya Tuhan, Hamba menghaturkan persembahan kepada Kala Sang Bhuta Gora, penguasa air, semoga selalu memberikan kesejukan dan sebagai sumer amertha dalam kehidupan.

 

c.       PELANGKIRAN

SEGEHAN      : PUTIH-KUNING

MANTRA        : Ih, Kala Kali Boktya Namah

ARTI                       : Ya Tuhan, hamba menghaturkan persembaha kepada Kala-kali, semoga berkenan

2.       DI SUMUR

SEGEHAN      : HITAM (SELEM)

MANTRA        : OIh, Sang Bhuta Gora Boktya Namah

ARTI                       : Ya Tuhan, hamba menghaturkan persembahan kepada Sang Bhuta Gora, semoga berkenan.

 

3.       DI MERAJAN

a.      KEMULAN

SEGEHAN      : PUTIH-KUNING

MANTRA        : Ih, Sang Tiga Bucari Boktya Namah.

ARTI                   : Ya Sang Kala Bucari, Bhuta Bucari, Durga Bucari, hamba mengturkan  

                            persembahan, semoga berkenan.

 

b.     TAKSU

SEGEHAN      : PUTIH-KUNING

MANTRA        : Ih, Ang Khang Kasolkaya Sarwa Bhuta Boktya Namah.

ARTI                   : Ya Bhuta-Bhuti dalam wujud-Mu Purusa-Pradana, hamba menghaturkan  

                            persembahan semoga berkenan.

 

c.      SRI SEDANA

SEGEHAN      : PUTIH-KUNING

MANTRA        : Ih, Sang Kala Goncang Boktya Namah.

ARTI                   : Ya Sang Kala Goncang, sebagai penjaga kekayaan / sedhana, hamba menghaturkan persembahan, semoga berkenan.

 

d.     TUGU CAPAH

SEGEHAN      : PUTIH-KUNING

MANTRA         : Ih, Sang Kala Maya Boktya Namah.

ARTI                    : Ya Sang Kala Maya, hamba menghaturkan persembahan, semoga berkenan.

 

e.      PENGLURAH TELENGING SEGARA

SEGEHAN      : HITAM-PUTIH (POLENG)

MANTRA         : Ih, Bhuta Kala Boktya Namah.

ARTI                    : Ya Sang Bhuta Kala, hamba menghaturkan persembahan, semoga berkenan.

 

f.        TUGU PENYARIKAN

SEGEHAN      : HITAM-PUTIH (POLENG)

MANTRA        : Ih, Bhuta Kala Boktya Namah.

ARTI                   : Ya Sang Bhuta Kala, hamba menghaturkan persembahan, semoga berkenan.

 

g.     GEDONG HYANG

SEGEHAN      : PUTIH(3)

MANTRA        : Ih, Durga Bucari Boktya Namah.

ARTI                   : Ya Sang Durga Bucari,, hamba menghaturkan persembahan, semoga berkenan.

 

h.     GEDONG HARTA

SEGEHAN      : PUTIH-KUNING

MANTRA        : Ih, Bhuta Kala Boktya Namah.

ARTI                   : Ya Sang Bhuta Kala, hamba menghaturkan persembahan, semoga berkenan.

 

i.        PELINGGIH MENJANGAN SELUANG

SEGEHAN      : PUTIH-KUNING

MANTRA        : Ih, Bhuta Kala Boktya Namah.

ARTI                   : Ya Sang Bhuta Kala, hamba menghaturkan persembahan, semoga berkenan.

 

j.        GUNUNG AGUNG (GEDONG AGUNG)

SEGEHAN      : PUTIH-KUNING

MANTRA        : Ih, Bhuta Kala Boktya Namah.

ARTI                   : Ya Sang Bhuta Kala, hamba menghaturkan persembahan, semoga berkenan.

 

k.      GEDONG SARI

SEGEHAN      : PUTIH-KUNING

MANTRA        : Ih, Bhuta Kala Boktya Namah.

ARTI                   : Ya Sang Bhuta Kala, hamba menghaturkan persembahan, semoga berkenan.

 

4.       TUGU PENUNGGUN KARANG

SEGEHAN      : HITAM-PUTIH (POLENG)

MANTRA        : Ih, Sang Bhuta Preta Boktya Namah.

ARTI                       : Ya Sang Preta, hamba mengturkan persembahan, semoga berkenan.

 

5.       PENGIJENG

SEGEHAN      : BRUMBUN

MANTRA        : Ih, Sang Kala Bucari Boktya Namah.

ARTI                       : Ya Sang Kala Bucari, hamba mengturkan persembahan, semoga berkenan.

 

6.       TUGU PENGADANG-ADANG

SEGEHAN      : BRUMBUN

MANTRA        : Ih, Sang Kala Ngadang Boktya Namah.

ARTI                       : Ya Sang Kala Ngadang, hamba mengturkan persembahan, semoga berkenan.

 

7.       TUGU PENGADANG-ADANG

SEGEHAN      : KEPELAN (4 KEPELAN)

MANTRA        : Ih, Anta, Preta, Bhuta, Kala Dengen Boktya Namah.

ARTI                       : Ya Sang Anta, Preta, Bhuta, Kala Dengen, hamba mengturkan persembahan, 

                            semoga berkenan.

 

8.       PINTU MASUK

SEGEHAN      : BRUMBUN

MANTRA        : Ih, Sang Kala Ngadang Boktya Namah.

ARTI                       : Ya Sang Kala Ngadang, hamba mengturkan persembahan, semoga berkenan.

 

Flag Counter